Daftar halaman submenu

Rabu, 22 September 2010

Oase Untuk Iman

Sudah beberapa hari belakangan ini kedua matanya semakin sayu. Terlihat jelas dari wajahnya yang lesu itu ia sedang memikul beban berat. Tubuhnya yang memang kekurangan lemak itu pun semakin kurus seolah tak mau kalah berlomba memperlihatkan derita yang dialaminya.


Hampir 2 tahun sudah aku mengenalnya. Pria sunda yang biasa dipanggil dengan nama Iman oleh penduduk kampungnya itu kini sedang belajar di universitas tertua di dunia bersama-sama denganku setelah kami lulus test beasiswa Timur Tengah yang diadakan oleh DEPAG RI pusat 2 tahun lalu.

Diawal-awal aku mengenalnya lewat jalur via telfon, walaupun belum bertatap muka ia memang sudah terlihat "beda". Setiap hari ada saja pesan-pesan singkat berisi nasehat, hikmah juga hadits yang ia kirimkan kepadaku juga teman-teman satu keberangkatan menuju bumi para nabi ini. Dan ituterus istiqomah ia lakukankecuali minggu-minggubelakangan ini.

Kebiasaannya mengingatkan lewat via sms ini juga banyak merubah tabiatku. Aku menjadi enggan meninggalkan shalat subuh berjama'ah setelah sms tentang keutamaan shalat subuh dan shalat isya berjama'ah yang ia kirimkan. Pria yang berhasil menghapal al-Qur'an dalam tempo waktu setahun ini juga sering menyindirku ketika ia tak melihat batang hidungku di shaf pertama ketika shalat berjama'ah tiba. Rasa salut, bangga juga syukurku karena Allah mempertemukanku dengannya.

Tapi, entah sudah kali keberapa dalam minggu-minggu ini, aku menerima sms-sms hanya berisi keluhan-keluhannya. Tidak ada lagi nasehat dan hikmah yang keluar dari lisannya, yang ada hanya keluh kesah bahkan cacian. Jarang sekali aku menemukannya di masjid saat adzan subuh berkumandang. Wajah ketus dan kata-kata kasar sering ia tampakkan di hadapanku. Aku semakin khawatir terhadap pria yang memiliki suara merdu khas Syekh Mushari Rashid itu.

Ia mengaku belakangan ini sulit tidur karena 3 orang temannya yang tinggal satu kamar dengannya di asrama beasiswa kami, selalu saja mengganggu istirahat malamnya. Setelah disibukkan dengan kuliah dan talaqqi al-Qur'an yang ditempuhnya berkilo-kilo meter di siang hari, harus ditambah dengan mendengarkan celotehan-celotehan juga cekikikan teman-teman sekamarnya sampai larut malam bahkan hampir terbit fajar. Terang saja berkurangnya waktu istirahat dan jam tidurnya menjadi beban fikiran dan mempengaruhi kondisi tubuhnya.

Miris memang, tapi itulah kehidupan. Tak mengenal siapa dan sebaik apa, ujian dan masalah akan terus datang silih berganti mengisi ruang-ruang waktu kehidupan manusia. Senada dengan hal inifirman Allah SWT dalam Al-Qur'an ;

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, 'kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji?" (QS. Al-Ankabut : 2)

Dalam kehidupan yang sangat singkat ini tidak ada yang kebetulan. Semuanya merupakan rencana dan skenario Allah agar kita sebagai hambanya semakin berfikir matang dan dewasa. Juga supaya kita selalu kembali serta menggantungkan harapan dan cita hanya kepadaNya. Sampai kedua kakinya menginjak surga manusia tidak akan henti-hentinya di uji. Ujian itu pula menjadi petunjuk tingkat kemuliaan seseorang di hadapan tuhanNya. Allah yang Maha Bijaksana itu tidak pernah berbuat zhalim terhadap hamba-hambanya.

Ujian yang dihadapi sahabatku itu mungkin sesuatu yang ringan dan sepele bagi sebagian orang tapi juga merupakan suatu yang berat bagi sebagian yang lain.

Seseorang yang sakit hati karena dikecewakan oleh orang yang sangat dicintainya, seharusnya menjadi seorang yang sangat berbahagia, karena pada saat yang sama tuhannya sedang membimbing dan menuntunnya agar ia tidak mencintai apapun melebihi cintanya terhadap tuhannya, dan juga tidak mencintai siapapun kecuali hanya karenaNya.

Kalau kita mau berfikir dan sadar, Allah yang kita sembah itu ternyata amat sangat mencintai kita, makhluk yang sering tidak tahu diri ini. Karena di dalam hadits disebutkan "apabila Allah mencintai seorang hamba ia akan mengujinya"

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi puladisebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : "beribadahlah kepada Allah dalam keridha'an (terhadapnya) tapi apabila engkau tidak sanggup maka didalam kesabaranmu terhadap apa yang tidak engkau senangi (yang menimpamu) ada kebaikan yang banyak"

Tak mau larut, segera kutuliskan pesan singkat buat sahabatku itu :

"sabarlah sedikit Sob!, Allah sedang mengujimu. Kalaululus, engkau akan melesat menjadi hambaNya yang mulia"

Madinatul Buuts Islamiyah
Kairo, 28 Juli 2010.
Oleh Ahmad Syukri
http://www.eramuslim.com/oase-iman/ahmad-syukri-oase-buat-iman.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar